Yongki, 42 Tahun
Dalam bersantap bagi Yongki belum lengkap rasanya menikmati makanan tanpa rasa pedas. Terkadang Ia menambahkannya dalam level pedas yang sangat ekstrim. “Makanan Pedas kan selain membangkitkan selera juga membuat ketagihan,” kata Yongki.
Kebiasaan makan pedas yang sudah berlangsung lama mulai dirasakan akibatnya di awal tahun 2016 dimana Ia mulai sering mengalami gejala maag seperti perut kembung, perih, mual, Sembelit, dll. Lama kelamaan gejala tersebut disertai badan lemas, jantung berdebar, terasa tegang di leher dan tidak nyaman berada di keramaian karena pusing seperti Vertigo.
“Karena obat maag biasa tidak mampu meredakan semua keluhan itu maka Saya pun mendatangi Dokter Internist di Bandung. Dari hasil endoscopy diduga di lambung Saya terdapat infeksi yang disebabkan bakteri. Hal ini kemungkinan karena kebiasaan Saya makan makanan pedas yang menyebabkan lapisan lambung menipis dan rapuh sehingga rentan terkena infeksi. Walhasil Saya pun harus konsumsi obat dalam jumlah yang cukup banyak,” papar Yongki.
Pada April 2016 ketika Ia dan keluarga tengah berlibur di Malaysia, Ia menyempatkan diri berobat di sana, memeriksan kondisinya pada seorang dokter di Subang Jaya Malaysia. Hasilnya sama, infeksi lambung. Dan lagi-lagi Ia harus konsumsi banyak obat .
Belum juga membuahkan hasil karena sakit maag itu masih saja mengganggu aktivitas Yongki sebagai Pengusaha di bidang property maka pada bulan Agustus 2016, Ia memeriksakan diri ke Dokter Spesialis di Rumah Sakit Ternama di Singapura, disana Ia menjalani endoscopy kembali. Hasilnya terlihat kalau lambung Yongki seperti balon dimana terjadi pembengkakan dan peradangan. Kala itu obat yang harus dikonsumsi 6 macam.
Lelah karena terus mengkonsumsi obat-obat kimia dalam jumlah cukup banyak dan khawatir efek jangka panjangnya, membuat Yongki berpikir untuk mencari pengobatan lain yang lebih aman.
Masih di bulan Agustus 2016, secara kebetulan Ia bertemu teman semasa SMA yang sudah sembuh dari sakit maag kronis. “Saya dianjurkan seorang teman untuk mencoba Kapsul Metama. Pada saat itu saya langsung mau mencoba karena obat maag ini herbal, dan sudah terdaftar di Badan POM jadi Saya pikir aman,” ujar Yongki.
“Saya merasakan perut “enak”, perih berkurang dan kembung hilang, ketika pertama kali mengkonsumsi Kapsul Metama,” Kata Yongki.
Merasakan progress yang sangat signifikan dari hari ke hari, Ia teruskan mengkonsumsi Kapsul Metama, tanpa obat lain. Semua keluhan yang dulu Ia rasakan, secara bertahap dituntaskan oleh Kapsul Metama, BAB pun lancar.
Menurut Yongki Kapsul Metama tidak hanya mengobati tapi juga memelihara kesehatan lambung hingga tidak mudah kambuh lagi. “Pencernaan Saya seperti diperbaiki secara menyeluruh oleh Kapsul Metama. Saya senang dengan hasilnya karena saya benar-benar bisa fokus bekerja tanpa terganggu sakit maag lagi,” kata Yongki.